mimpi ku terbentuk dari sebuah keinginan,,
kujadikan mimpi itu cita-cita yang ku harapkan,
lalu ku buktikan pada dunia bahwa aku tidak hanya bermimpi dan hanya menrangkai kata-kata
namun akan ku tunjukan
sebuah kata dapat menjadi perjuangan ku
agar tercapai segala yang ku impikan....
disini..ditempat ini
by_RM
Senin, 12 November 2012
Kamis, 08 November 2012
ini, apa?? RISAU entah lah
cahaya itu merasuki ku,
melalui celah-celah kosong dipelupuk mata ku
aku tertegun disini
berharap semua ini tak
pernah nyata
belajar ku dari sendiri
dari sunyi yang ku
pilih sendiri
aku tlah lama memendam
ini pun sendiri
jika aku harus berhenti
menuliskan risalah hati yang tak pernah kunjung ku mengerti,
- aku kan hentikan ini
ketika aku mendapatkan apa yang aku ingin tau
tapi, mengapa seolah
semua ini tak pernah memahami arti ku??
aku ada dan nyata
tapi tak tersentuh
aku bukan dongeng yang
di dengarkan lalu untuk di hayalkan
tapi aku memang ilusi
jika ku usaikan cerita
ini disini
lalu apa guna hati
kecil ku bersuara
tak ada yang dapat
mengerti dan memahaminya
salahkah aku dan dengan
segala kegilaan ini??
ku tipu mereka dan ku tipu
diri ku
dan tak ada akhir dari
ini semua
aku belum usai
bersama risau yang tak
kunjung ku mengerti
jakarta,25082012 (saat
itu semua tak bisa ku hentikan)
Senin, 05 November 2012
Dongeng Kisah Negri dan Kapitalis ciptaan
Aku mendengar, untuk pertama kalinya ayah mendongengkan
sebuah kisah pengantar tidur..
Tentang negri terindah yang Tuhan ciptakan.
Negri yang dibuat dengan sentuhan surga…
Seatu hari malaikat bertanya, “Ya Tuhan.. apa yang sedang
Engkau buat.. aku terkesima, begitu indah dan terlihat begitu damai” (malaikat
tersenyum)
Lalu Tuhan menjawab, “ ini negri surga ke dua, tapi lihat
setelah Ku tiupkan aroma ke hancuran
dengan ku kirim pemimpin-pemimpin yang tolol, bodoh, dan tak tau diri, apa yang
akan terjadi?”
Malaikat terdiam dan melihat seksama
seseorang bercerita,“ini kisah negri ku, dimana keindahannya tak ada yang
menandingi”
“tapi, orang-orang tolol itu itu merusaknya”
“membuat negri ku hancur perlahan”
“dulu disini kita membuat segalanya sendiri, namun
orang-orang tolol yang menyebut diri mereka itu Tuhan mempersulit segala ke
adaan”
“untuk makan saja kita harus meminta-minta pada bangsa
lain..”
“hahaha…. Pemimpin bego”
Malikat mulai geram “ Ya Tuhan, untuk apa Engkau ciptakan
keindahan pada negri itu namun merusaknya dengan cara yang begitu kejam??”
“pemimpinnya tak bertanggung jawab, para pemimpinnya
serakah, tak bermoral dan aaaaaach… aku menjadi geram dan murka melihatnya,
bolehkah aku turun kesana dan meniadakan negri yang dulu indah itu dari
orang-orang yang demikian hinanya??”
Tuhan menjawab “ini lah yang Ku inginkan, Ku lahirkan para
pemuda-pemudi yang semakin cerdas dan kritis, lalu kita lihat apa yang akan
terjadi”
seorang pemuda berkata,“wahay para pemimpin yang kami harap kelakuannya mendidik
dan memimpin”
“hahahahaha”
“buka mata lebar-lebar…”
“pasang telinga kalian…”
“rasakan dengan hati nurani milik kalian”
“pasang telinga kalian…”
“rasakan dengan hati nurani milik kalian”
“tidak kah kalian merasa jengah, negri yang semula Tuhan
ciptakan indah, terkotori dengan intrik ke busukan yang kalian cipta”
“hujan batu lah yang ada sekarang”
“Lihat di timur sana, kekayaan alamnya di perah bagai
binatang perahan, namun hasilnya tak pernah sampai di tangan warganya”
“uuuuh, sungguh ironis dan memalukannya negri ini”
“tak sadar kah kalian bahwa kapitalis telah membudaki negri
kita??”
“bangun….”
“lekas bangun”
“dan sadarlah orang-orang bodoh tak layak pakai”
“lekas bangun”
“dan sadarlah orang-orang bodoh tak layak pakai”
“tata kembali indah dan damai negri ini”
“apa harus, pemuda-pemuda seperti kami yang mengajarkan??”
“sepertinya tak pantas”
Dan malam semakin pekat, menyelimuti gelap yang melelahkan,
sebelum ku terlelap ku ucapkan sesuatu pada Ayah,,
“Ayah, jika kisah negri indah itu benar, semoga kisah itu
bukan cerminan negri kita ini, sebab aku tau Tuhan menyayangin kita semua, dan
para pemimpin di negri kita adalah pemimpin-pemimpin pilihan yang terbaik….”
Ayah hanya menjawab,” semoga ucapan mu itu benar adanya…”
Langganan:
Postingan (Atom)