Senin, 05 November 2012

Dongeng Kisah Negri dan Kapitalis ciptaan


Aku mendengar, untuk pertama kalinya ayah mendongengkan sebuah kisah pengantar tidur..
Tentang negri terindah yang Tuhan ciptakan.
Negri yang dibuat dengan sentuhan surga…

Seatu hari malaikat bertanya, “Ya Tuhan.. apa yang sedang Engkau buat.. aku terkesima, begitu indah dan terlihat begitu damai” (malaikat tersenyum)

Lalu Tuhan menjawab, “ ini negri surga ke dua, tapi lihat setelah Ku tiupkan  aroma ke hancuran dengan ku kirim pemimpin-pemimpin yang tolol, bodoh, dan tak tau diri, apa yang akan terjadi?”

Malaikat terdiam dan melihat seksama

seseorang bercerita,“ini kisah negri ku, dimana keindahannya tak ada yang menandingi”

“tapi, orang-orang tolol itu itu merusaknya”

“membuat negri ku hancur perlahan”

“dulu disini kita membuat segalanya sendiri, namun orang-orang tolol yang menyebut diri mereka itu Tuhan mempersulit segala ke adaan”

“untuk makan saja kita harus meminta-minta pada bangsa lain..”

“hahaha…. Pemimpin bego”

Malikat mulai geram “ Ya Tuhan, untuk apa Engkau ciptakan keindahan pada negri itu namun merusaknya dengan cara yang begitu kejam??”

“pemimpinnya tak bertanggung jawab, para pemimpinnya serakah, tak bermoral dan aaaaaach… aku menjadi geram dan murka melihatnya, bolehkah aku turun kesana dan meniadakan negri yang dulu indah itu dari orang-orang yang demikian hinanya??”

Tuhan menjawab “ini lah yang Ku inginkan, Ku lahirkan para pemuda-pemudi yang semakin cerdas dan kritis, lalu kita lihat apa yang akan terjadi”

seorang pemuda berkata,“wahay para pemimpin yang kami harap kelakuannya mendidik dan memimpin”
“hahahahaha”

“buka mata lebar-lebar…”
“pasang telinga kalian…”
“rasakan dengan hati nurani milik kalian”

“tidak kah kalian merasa jengah, negri yang semula Tuhan ciptakan indah, terkotori dengan intrik ke busukan yang kalian cipta”

“hujan batu lah yang ada sekarang”

“Lihat di timur sana, kekayaan alamnya di perah bagai binatang perahan, namun hasilnya tak pernah sampai di tangan warganya”

“uuuuh, sungguh ironis dan memalukannya negri ini”

“tak sadar kah kalian bahwa kapitalis telah membudaki negri kita??”

“bangun….”
“lekas bangun”
“dan sadarlah orang-orang bodoh tak layak pakai”

“tata kembali indah dan damai negri ini”

“apa harus, pemuda-pemuda seperti kami yang mengajarkan??”

“sepertinya tak pantas”

Dan malam semakin pekat, menyelimuti gelap yang melelahkan, sebelum ku terlelap ku ucapkan sesuatu pada Ayah,,

“Ayah, jika kisah negri indah itu benar, semoga kisah itu bukan cerminan negri kita ini, sebab aku tau Tuhan menyayangin kita semua, dan para pemimpin di negri kita adalah pemimpin-pemimpin pilihan yang terbaik….”

Ayah hanya menjawab,” semoga ucapan mu itu benar adanya…”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar