Aku mendengar, untuk pertama kalinya ayah mendongengkan
sebuah kisah pengantar tidur..
Tentang negri terindah yang Tuhan ciptakan.
Negri yang dibuat dengan sentuhan surga…
Seatu hari malaikat bertanya, “Ya Tuhan.. apa yang sedang
Engkau buat.. aku terkesima, begitu indah dan terlihat begitu damai” (malaikat
tersenyum)
Lalu Tuhan menjawab, “ ini negri surga ke dua, tapi lihat
setelah Ku tiupkan aroma ke hancuran
dengan ku kirim pemimpin-pemimpin yang tolol, bodoh, dan tak tau diri, apa yang
akan terjadi?”
Malaikat terdiam dan melihat seksama
seseorang bercerita,“ini kisah negri ku, dimana keindahannya tak ada yang
menandingi”
“tapi, orang-orang tolol itu itu merusaknya”
“membuat negri ku hancur perlahan”
“dulu disini kita membuat segalanya sendiri, namun
orang-orang tolol yang menyebut diri mereka itu Tuhan mempersulit segala ke
adaan”
“untuk makan saja kita harus meminta-minta pada bangsa
lain..”
“hahaha…. Pemimpin bego”
Malikat mulai geram “ Ya Tuhan, untuk apa Engkau ciptakan
keindahan pada negri itu namun merusaknya dengan cara yang begitu kejam??”
“pemimpinnya tak bertanggung jawab, para pemimpinnya
serakah, tak bermoral dan aaaaaach… aku menjadi geram dan murka melihatnya,
bolehkah aku turun kesana dan meniadakan negri yang dulu indah itu dari
orang-orang yang demikian hinanya??”
Tuhan menjawab “ini lah yang Ku inginkan, Ku lahirkan para
pemuda-pemudi yang semakin cerdas dan kritis, lalu kita lihat apa yang akan
terjadi”
seorang pemuda berkata,“wahay para pemimpin yang kami harap kelakuannya mendidik
dan memimpin”
“hahahahaha”
“buka mata lebar-lebar…”
“pasang telinga kalian…”
“rasakan dengan hati nurani milik kalian”
“pasang telinga kalian…”
“rasakan dengan hati nurani milik kalian”
“tidak kah kalian merasa jengah, negri yang semula Tuhan
ciptakan indah, terkotori dengan intrik ke busukan yang kalian cipta”
“hujan batu lah yang ada sekarang”
“Lihat di timur sana, kekayaan alamnya di perah bagai
binatang perahan, namun hasilnya tak pernah sampai di tangan warganya”
“uuuuh, sungguh ironis dan memalukannya negri ini”
“tak sadar kah kalian bahwa kapitalis telah membudaki negri
kita??”
“bangun….”
“lekas bangun”
“dan sadarlah orang-orang bodoh tak layak pakai”
“lekas bangun”
“dan sadarlah orang-orang bodoh tak layak pakai”
“tata kembali indah dan damai negri ini”
“apa harus, pemuda-pemuda seperti kami yang mengajarkan??”
“sepertinya tak pantas”
Dan malam semakin pekat, menyelimuti gelap yang melelahkan,
sebelum ku terlelap ku ucapkan sesuatu pada Ayah,,
“Ayah, jika kisah negri indah itu benar, semoga kisah itu
bukan cerminan negri kita ini, sebab aku tau Tuhan menyayangin kita semua, dan
para pemimpin di negri kita adalah pemimpin-pemimpin pilihan yang terbaik….”
Ayah hanya menjawab,” semoga ucapan mu itu benar adanya…”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar